Tari Wutukala: Simbol Kerja Sama dan Syukur Suku Moi di Papua Barat
Papua Barat, khususnya kawasan pesisir Sorong, menjadi pusat kultural bagi berbagai suku asli, termasuk Suku Moi. Dari tradisi masyarakatnya muncul tarian khas yang menggambarkan keseharian mereka: Tari Wutukala. Bukanlah tarian perang, melainkan ekspresi budaya berburu dan bersyukur melalui gerak tubuh, musik, ekspresi, dan cerita simbolik. Artikel ini mengulas lengkap tentang asal-usul, makna, gerakan, atribut, peran sosial, serta upaya pelestarian Tari Wutukala.
Asal-Usul dan Latar Belakang Suku Moi
Suku Moi tinggal di wilayah pesisir Kota dan Kabupaten Sorong, mengandalkan laut dan sungai sebagai sumber kehidupan utama. Sejak dulu, mereka menangkap ikan—baik pakai tombak maupun ramuan akar tuba—untuk memenuhi kebutuhan pangan. Tari Wutukala lahir dari latar keseharian inilah: sebuah ritual visualisasi berburu ikan yang dihormati dan dijaga dalam pertunjukan adat.
Makna dan Fungsi Tarian
Fungsi utama Tari Wutukala meliputi:
-
Menghargai inovasi tradisional: Saat akar tuba diperkenalkan sebagai metode baru untuk menangkap ikan, tari ini mencerminkan penghormatan atas perubahan dan adaptasi generasi Moi.
-
Simbol rasa syukur: Gerakan dan ekspresi tari dipenuhi nuansa syukur atas hasil laut yang melimpah ﹣.
-
Mempererat solidaritas: Ditampilkan oleh pasangan pria-wanita, tari ini merayakan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari ﹣.
Cerita dan Alur Gerakan Tari
Tari ini biasanya dibuka oleh lima hingga enam pasangan penari pria-wanita:
-
Babak awal: Para pria maju sebagai pihak "penjebak ikan", dengan tombak di tangan, meniru aksi menyelam dan menombak ikan.
-
Kesulitan berburu: Gerakan melambangkan perjuangan menemukan ikan, sering ditampilkan lewat gaya penuh tekanan dan tarikan napas dramatis.
-
Pengenalan akar tuba: Pasangan pria menaburkan "akar tuba" secara simbolis, gerakan ini diikuti oleh gerakan penenunan hasil garapan oleh penari wanita.
-
Babak klimaks: Semua penari bersorak dan bergerak cepat, penuh semangat syukur karena ikan berhasil ditangkap ﹣.
Alur tari disusun sedemikian rupa agar mengajak penonton memahami proses kerja dan penyembahan kepada kehidupan laut.
Kostum dan Atribut Penari
Penari biasanya mengenakan:
-
Rok berumbai dari daun atau akar—ikon dari tarian.
-
Cat tubuh putih-hitam: corak khas suku Moi sebagai simbol identitas budaya.
-
Topi atau hiasan kepala berbulu burung cendrawasih: memberi tampilan sakral dan simbol status .
-
Tombak untuk pria dan noken untuk wanita: instrumen simbolik dalam cerita berburu.
Kostum ini memperkuat aspek visual pertunjukan sekaligus elemen ritualis dan estetika budaya.
Musik Pengiring dan Irama
Tarian diiringi oleh:
-
Tifa tradisional—inti ritme tarian, memacu tempo dan energi gerakan.
-
Kadang ditambah alat musik modern seperti gitar, bass, dan ukulele dalam pertunjukan kontemporer.
-
Iringan vokal atau yel-yel mengiringi transisi cerita, memanggul intensitas dramatik di titik klimaks.
Musik menciptakan atmosfer syukur dan kegembiraan komunal, berkaitan erat dengan alur cerita dalam tari.
Konsep Kolektivitas dan Kelompok Penari
Tari Wutukala bukan tarian solo, melainkan ekspresi kolektif:
-
Dibawakan secara berpasangan atau kelompok, melambangkan kerja bersama pria-wanita dalam kehidupan adat Moi.
-
Formasi yang kompak menggambarkan nilai gotong royong, sebuah prinsip yang mendukung kelangsungan hidup komunitas.
Bersama-sama, para penari menunjukkan harmoni yang tercipta dari proses budaya berburu dan berbagi hasilnya.
Pelestarian dan Akses ke Generasi Muda
Tari Wutukala terus dipelihara lewat berbagai cara:
-
Pementasan di festival adat dan budaya, seperti Festival Pesona Sorong dan event pariwisata lokal.
-
Pengajaran budaya di sekolah dan sanggar—menjaga regenerasi budaya Papua Barat ﹣.
-
Adaptasi digital, termasuk video YouTube dan platform pariwisata sehingga masyarakat luas mengenal tarian ini ﹣.
Upaya ini penting agar generasi muda memahami jati diri budaya dan makna simbiosis dengan alam mereka.
Nilai Budaya dan Sosial
Tari Wutukala menyimpan banyak nilai:
-
Gotong royong: kesadaran bersama bahwa kehidupan laut dan darat adalah milik bersama.
-
Adaptasi budaya: inovasi akar tuba ditransformasikan jadi seni dan simbol kehidupan.
-
Syukur dan spiritualitas: pengakuan atas kekayaan alam dan hubungan sakral manusia dengan lingkungan.
-
Ekspresi identitas Moi: melalui hiasan tubuh, kostum, dan tarian serta musiknya.
Melalui setiap gerakan, tarian ini menunjukkan kearifan lokal dan keterikatan spiritual dengan alam sekitar.
Kesimpulan
Tari Wutukala adalah salah satu warisan budaya yang kaya simbolisme dan estetika, hasil kreasi masyarakat Suku Moi di pesisir Sorong. Ia merayakan inovasi berburu ikan, ketahanan hidup, syukur kepada Tuhan, serta solidaritas komunal. Dengan kostum serat alami, cat tubuh unik, dan tombak-noken yang estetis, Tari Wutukala adalah representasi kehidupan Papua Barat dalam bentuk gerak, suara, dan spiritualitas.
Pelestarian tarian ini bukan hanya menjaga seni tradisional, tetapi juga menjaga jalinan identitas, filosofi budaya, dan hubungan harmonis manusia dengan lingkungan. Melalui edukasi, pertunjukan seni, dan kerja sama lintas komunitas, semoga tarian ini terus hidup menjangkau masyarakat luas dan menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan budaya Indonesia.
Referensi :
-
Liputan6. (2020). Tari Wutukala, Tarian Berburu Ikan Suku Moi Papua Barat. Diakses dari Liputan6.com. liputan6.com
-
Indonesia Kaya. (n.d.). Tari Wutukala yang Dinamis dan Penuh Makna Kehidupan. Diakses dari Indonesia Kaya.
-
Budaya Nusantara. (2018). Penjelasan Tari Wutukala Tarian Tradisional dari Papua Barat. budayanusantara.web.id
-
Cultura Papua Barat. (n.d.). Tari Wutukala Tarian Tradisional dari Papua Barat. Diakses dari Cinta Indonesia.web.id. cintaindonesia.web.id
-
Pena Teluk Cenderawasih. (2021). Tari Wutukala, Tarian Berburu Ikan Suku Moi Papua. wonderverseindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar